INDAHNYA PERSAHABATAN



Seorang laki-laki setengah hanya duduk sendiri di perpustakaan pada siang itu, di depannya ada beberapa tumpukan buku tebal, ketika sedang meletakkan buku yang baru dibacanya, dia melihat seorang wanita sedang menuju tempat duduk di seberang, kebetulan gadis itu berhadapan dengannya, lalu gadis itu duduk dan tersenyum.
“hai Fia, tumben ke perpustakaan nih!” tanya Andi heran.
“ Bukan gitu Andi, ku lagi menunggu jemputan aku, dari pada bĂȘte mending masuk ke perpustakaan” jawab Fia dengan jelas.
Siang itu begitu panas. Tepat pukul setengah dua, jam pulang anak-anak sekolah, di dalam perpustakaan hanya ada mereka berdua.
“hai-hai, teman-teman dekat yang berjumlah tiga orang mengagetkan.
“Aduh, kalian ini ngagetin aja, kangen ya ama artis, “ Fia buat teman-teman mendongkol.
“yee geerlu!! Teman-teman Fia serempak.
Kemudian mereka bercanda-canda sambil menunggu angkutan menuju rumah mereka yang kebetulan satu arah. Setelah mobil angkutan datang mereka pun berjalan dari perpustakaan menuju ke mobil, di dalam perjalanan mereka saling bercanda.
Di rumah Kia, nampak sepi. Jam menunjukkan pukul delapan malam, Fia sedang belajar, tiba-tiba telepon dirumahnya berbunyi.
Kring….kring…kring…
“halo, sapa Fia.
“halo Fia ya, ini aku Lilis!!
“ada apa Lis, nanya PR ya? Ada matematika, fisika, sama sejarah, apa mau ngomongin tentang Dewi lagi, aku ngerjain PR nih, masih belum selesai” Fia bicara ketus, karena biasanya kalau Lilis telepon Fia malam-malam hari, Lilis pasti ujung-ujungnya mau bicarakan keburukan temannya, padahal teman yang dia bicarakan itu adalah teman dekatnya juga. Teman dekatnya itu Dewi, Lilis tidak mau meliahat Dewi lebih dekat dengan Fia. Ya jelas begitu sahabatnya dengan orang lain tuh dekat.
Sepuluh menit berlalu sesaat setelah Fia mau menjelaskan PR-nya telepon dirumah berbunyi lagi.
“kring…..kring….kring
“halo”, dengan suara lemas Fia menerima telepon
“ halo, ini Fia, ini aku Dewi mau naya PR ama biasa mau ngobrol dikit.
“PR-nya banyak ada matematika latihan 2.4, fisika latihan 2.7, sejarah LKS halaman 37.”
“eh iya kalau mau ngobrol panjang nanti aja ya, soalnya PR-nya belum selesai”
“sorry deh gangguin, ya udah makasih info PR-nya dah….”
Keesokan harinya di kelas, Dewi, Lilis, Icha dan Yani juga teman-teman yang lain menunggu kedatangan Fia untuk meminjam PR pada hari itu, Fia menjadi anak yang rajin dan berprestasi di kelasnya, makanya tidak heran Fia mempunyai banyak teman, tetapi yang paling dekat adalah Dewi, Lilis, Icha dan Yani.
Walaupun di antara mereka sering ada ketidak cocokan, Fia memang anak yang bijaksana, namun ia sering meninggalkan teman-temannya karena urusan sekolah, biasanya Fia mengikuti lomba mewakili sekolah, sampai suatu saat mereka berlima memiliki acara yang tidak dihadiri Fia karena urusan itu.
Pada suatu hari, ada teman yang lain yang tidak senang dengan kesuksesan Fia dan dia berniat menyebarkan cerita buruk kepada Fia, rencana itu berhasil dan cerita buruk itu bisa membuat teman-teman dekat Fia tidak percaya lagi pada Fia. Teman-teman dekat Fia diberitahu yang sesungguhnya bahwa Fia meninggalkan teman-teman dekatnya pulang sekolah bukan karena urusan organisasi, karena hubungan Fia yang terlampaui dekat dengan Om-om yang mengantarnya ke sekolah itu adalah suami kakaknya yang baru saja pertunangan, teman-teman Fia mulai percaya dengan Fia karena dia sampai bersumpah-sumpah akhirnya merekapun baikan.
Hari demi hari setelah kejadian itu, seperti biasanya Fia mulai mengerti arti teman dalam kehidupannya, sampai pada suatu saat, dikelas mereka sedang berkumpul dan bercanda-canda.
“ Eh, Friends gimana nanti kalau pulang sekolah kita ke mall”, usul Fia.
“Wah okey banget tuh” sahit Lilis yang suka bepergian ke Mall”
“Gimana teman-teman yang lain, pada setuju nggak?” jelas Fia.
“Huuuu,…”teman-teman Fia kompak
“Tentu kita setuju refreshing, mumpung belum semesteran, ya kan?” jawab Yani
“Betul!! Jawab Lilis, Dewi dan Icha.
Akhirnya mereka pun pergi je Mall yang agak jauh dari sekolahnya. Pada saat mereka berlima sedang melihat-lihat barang-barang di situ, Lilis menghilang, ternyata di sudut tempat jualan baju, Lilis sedang berbicara dengan pacarnya yang tak lain adalah kenalan Dewi yang dari sekolah lain. Pada saat Lilis dan pacaranya menuju food centre di mall, teman-temanya mengikutinya sambil menguping pembicaraan mereka.
“Eh Erick, kamu tahu ngak? Berteman sama mereka yang tadi itu gak enak banget” kata Lilis kepada pacarnya.
“Emang kenapa mereka suka mengigit kamu ya ?” canda Erik.
“Nggak, eh sayang diajak serius malah bercanda,”
“Iya, iya, jangan marah, empangnya mereka kenapa? Tanya Erick heran.
“Itu…gara-gara Dewi yang pelitnya nggak ketulungan! Terus si Fia malah kelihatannya ngebelain sama si Dewi, huhuhu sebel deh, terus Icha dan Yani malah ikut-ikutan ngebelain Dewi”.
“Lilis” Sahut Fia
“Eh Fia, kok ada di sini? Lilis heran
“ Iya iyalah, kita nyariin kamu malah enak-enakan ma pacar, ngebicaraain Dewi lagi”.
Kemudian Dewi Icha dan Yani menasehati Lilis bahwa Dewi tidak bermaksud pelit, tapi hanya saja Dewi perhitungan dengan pengeluarannya, untung saja Dewi orangnya tidak pemarah, jadi Dewi tidak tersinggung sehabis dinasehati Lilis marah dan menyangkal bahwa sifat asli Dewi adalah pelit.
Akhirnya terjadi permusuhan diantara mereka hingga dua hari marahan, namun Lilis sadar bahwa memusuhi teman sendiri dapat merugikan diri sendiri Lilis merasa sepi bila tidak ada orang yang diajaknya bercanda bareng, suka dan duka Lilis mengajak teman-temanya untuk meminta maaf dan berusaha merubah sikapnya.
Tiba di warung makan, Lilis duduk sendiri berharap teman-temannya datang dan mau memaafkannya.
Dua jam telah berlalu, tak seorang pun teman-teman yang datang. Lilies cemas, pikirannya dia tidak akan di maafkan ma teman-temanya
“hai, Suara lembut menyapa
“Fia ! kemana yang lain apa mereka ngak mau datang ? tanya Lilis cemas.
“Bukan begitu, mereka tidak ingin terjadi pertengkaran yang semakin besar, makanya mereka ngak datang, apalagi Dewi. Begini saja, nanti aku suruh temui kamu entar malam di taman, mungkin dengan begitu Dewi mau memaafkan kamu Lis” jelas Fia dengan bijaksana.
“okelah kalau begitu” jawab Lilis singkat
Tak begitu lama, Fia pun pulang lalu kabarin Dewi kalau Lilis mau menerimanya sebentar malam.
Jam menunjukkan pukul delapan malam menjelang shalat Isya, Dewi pergi menemani Lilis di tempat yang telah dijanjikan. Teman yang tidak begitu jauh dari rumah Dewi terlihat sepi hanya ada beberapa kendaraan saja yang lalu-lalang di sekitar taman. Mata Dewi menerawang ke setiap sudut mencari, sesuatu, Dewi mendesah karena tidak menemui LIlis di taman. Dengan gelisah Dewi duduk di sudut taman.
“sudah lama ya wi?”suara lembut menyapa
“Eh Lilis, baru saja silahkan duduk!” Dewi menggeser duduknya.
“terima kasih” jawab Lilis
“Lis kau memanggilku?’” Dewi tak mau basa basi
Lilies diam dan belum mau menjawab. Ia masih mempertimbangkan apa yang akan dibicarakan. Dewi memperhatikan, dengan agak ragu akhirnya ia membuka pembicaraannya.
“Dewi aku meminta maaf, mungkin aku teman yang paling menyebalkan, aku sering meledekmu anggap kamu yang nggak-nggak, sekarang aku sadar, kalau semua itu salah. Mungkin kamu gak mau memaafkan aku Wi”! jawab Dewi bijaksana.
“Gak papa Lis, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, selama ia mau mengakui kesalahannya, dan sadar bahwa itu salah, semua bisa berubah Lis” jawab Dewi bijaksana.
“terima kasih wi’ aku saat ini mau jadi sahabat mu dan sahabatmu yang lain. Tapi mereka mau gak menerima aku jadi sahabatnya. Aku kan begitu bodohnya hingga cerita jelek-jelek kalian.
“udah deh, itu semua kan udah kita lebur!” serempak Fia, Yani dan Icha datang mengagetkan.
“jangan diingat lagi, kita mulai lembaran baru….” Kata Fia mewakili temannya.
Akhirnya mereka menjadi sahabat dan bersatu, berkumpul dalam senang, suka dan duka di ibaratkan bintang di langit yang berkumpul dan memberikan cahaya yang terang di malam itu. Begitulah indahnya persahabatan.


…SELESAI…

Comments

Popular posts from this blog

KERA DAN AYAM

CINDELARAS

Botol Ajaib